Rabu, 09 Oktober 2013

POSTINGAN YANG SEMPAT KEAHAPUS

Pak Tikno is My Hero
                Belum saja ibukota diterkam subuh, suara tetangga sudah mulai riuh. Di tengah keriuhan itu, seorang pria berpostur tinggi kurus terseyum pada sepetak cermin datar yang hinggap di dinding rumahnya.
                “Kau memang pria taman, Tikno,” cibir akalnya sambil mencuil kerah batiknya yang belum ia lunasi pembayarannya. Tiba-tiba, “Huah…” suara menguap kedua buah hatinya mengalihkan perhatiannya pada sudut cermin di sebelah kiri tubuhnya.  Ia amati kedua anaknya yang masih tertidur lelap melalui sepetak cermin itu lalu ia berpaling dan tersenyum pada mereka . Tak lama kemudian,
                “Allahu Akbar, Allahu Akbar ……,”
                “Alhamdulillah,” ujarnya sambil mengelus dada, mendengar suara adzan yang menegurnya untuk bergegas menghadap Yang Di atas. Dia pun langsung mebangunkan kedua buah hatinya.
                “Nak, bangun, nak. Sudah subuh,”
                “Huaaah…mmh…. iya, Pak,” jawab kedua puterinya sambil mengucek kelopak mata mereka yang belum jua tercerai.
                “Ayo, bangun. Ambil wudhu sana dan shalat subuh. Kalau mau sarapan , tinggal ambil di meja. Bapak sudah masak nasi goring spesial, tuh,”
                “Mmm, nasi goreng…., terima kasih ya, Pak,” seketika kelopak mata kedua buah hati Pak Tikno  tercerai dan mereka pun memeluk Pak Tikno. Kontan, setetes air mata Pak Tikno jatuh mengecup bumi dalam pelukan kedua buah hatinya.
                “Andai saja engkau masih ada di sini. Kau pasti akan bahagia,” ujarnya dengan hati yang tersedu pilu. Seketika ia teringat akan istrinya yang telah menghadap Yang Maha Kuasa tujuh tahun silam saat menjalani proses persalinan kedua buah hatinya.
                “Bapak kenapa menangis?” mereka bertanya dengan serentak
                “Ouh, bapak ga nangis. Bapak hanya sedikit mengantuk. Huahhh…..,” Pak Tikno mengelak sambil berpura-pura menguap.
                “Sudah, bapak berangkat dulu, ya,” lanjutnya sambil mengelus rambut kedua buah hatinya yang belum genap berumur tujuh tahun.
                “Iya, Bapak. Hati-hati, ya,” dengan serentak kedua puteri Pak Tikno menyahutnya sanbil mencium tangan Pak Tikno. Pak Tiko pun segera mengambil tas dan bergegas menuju musholla untuk memenuhi panggilan Allah Yang Maha Esa. Sulit memang bagi Pak Tikno menghadapi kerasnya kehidupan ibukota. Profesinya yang hanya sebagai guru honor di suatu SMA Negeri dan statusnya sebagai single parent, membuatnya harus banting tulang menyambangi jalan hidupnya.

                _____________________________________________________________             ***

                Seusai menuanikan ibadah shalat subuh, Pak Tikno memakai sepatu kerjanya yang berwarna hitam mengkilap. Ia hanya tersenyum pada sepatu yang ia kenakan, sebab lagi-lagi ia belum melunasi pembayaran sepatu tersebut. Tetapi ia tidak menghiraukannya, ia justru terpaku pada perawakannya yang tampak terapantul pada sepatunya yang mengkilap itu.
                “Kau memang pria tampan, Tikno,” ujarnya kembali sesaat sebelum ia menarik ikatan tali sepatu yang terakhir kali. Lalu, ia bergegas mengadu nasib di sekolah tempat ia mengajar dengan menaiki metro mini. Dia antara rekan-rekan kerjanya yang juga berprofesi sebagai guru, ia dikenal sebagai guru yang humoris. Bahkan, mereka berpendapat Pak Tikno lebih cocok jadi pelawak ketimbang harus berjibaku menjadi seorang guru.
                Sesampainya di kantor, tampak kumpulan guru-guru sedang membicarakan sesuatu yang memancing rasa penasaran Pak Tikno.
                “Waduh, ada apa ini Bapak/Ibu pada ngerumpi?” tegur Pak Tikno dengan santainya sambil menaruh tas di atas meja kerjanya.
                “Mmm, ini Pak Tikno. Siswa kita mau tawuran lagi,” ujar Bu Reni, salah seorang rekan kerja Pak Tikno.
                “Apa? Mau tawuran lagi?” tanggap Pak Tikno dengan raut wajah yang sinis
                “Lebih baik kita semua lapor polisi saja, Pak,” usul Pak Sugi, salah seorang guru fisika yang terhitung jauh lebih tampan perawakannya dibanding Pak Tikno
                “Tidak perlu, lebih baik kita semua bersama guru dari sekolah yang lain berkumpul di tempat tawuran, “ usul Pak Tikno sedikit meyakinkan rekan-rekan kerjanya. Tapi,
                “Teet…teet…teet…,” suara bel tanda dimulainya jam belajar-mengajar memotong pembicaraan mereka. . Akhirnya, mereka sepakat untuk berkumpul di tempat tawuran.
                Seusai jam belajar-mengajar berakhir, semua guru-guru Sma Negeri 1,5  dana dari sekolah lainnya bergegas menuju tempat tawuran akan berlansung. Mereka bersembunyi dan mengintai dari balik semak belukar yang tertanam di belakang halte. Tak lama kemudian,
                “Woy, sini lu semuanya maju,” dua kubu siswa saling ejek dan mengacungkan senjata mereka masing-masing. Parang, samurai, ikat pinggang bermata gir, dan bambu panjang, semuanya tampak tergenggam erat di tangan siswa-siswa terpelajar yang justru menjadi kurang ajar.
                Guru-guru yang sedang mengintai dari balik semak belukar pun heran, mengapa siswa-siswa mereka dengan bangga membawa senjata seperti itu dan mengumandangkan kata-kata bintang? Mereka pun mengurunkan niatnya untuk melarai tawuran itu. Meskipun jumlah mereka terhitung mencukupi, tetapi rasa merinding sangat kuat mengahntui. Mereka taut menjadi sasaran amukan siswa yang sudah tak terkendali dan tak bisa diterima akal sehat lagi. Padahal, pagi tadi mereka sudah menggeledah tas siswa-siswa, tetapi hasilnya nol besar. Tak ada satu pun siswa yang membawa barang senjata tajam.
                Bagaimana ini, Pak?” tanya Bu Reni kepada Pak Tikno yang tampak sedang memikirkan sesuatu.
                “Baiklah,” Pak Tikno bangkit dan merampas TOA yang berada dalam pelukan Pak Sugi.
                “Pak, Bapak mau ngapain?” tanya Pak Sugi dengan keringat yang terus mengucur tanda ketakutan yang terus menhantui dirinya.
                Pak Tikno tak bergeming ia terus saja berjalan ke tengah-tengah keurumunan siswa yang terlihat seperti orang kesurupan. Belum saja langkah kakinya menginjak hitungan ketujuh, batu besar menhantam pelipis matanya. Seketika darah mengucur deras menyusuri wajahnya dan membuatnya sedikit membungkukkan badan. Hanya sekejap saja, selanjutnya,
                “Semuanya bubaaaar…..,” dengan berbekal TOA, Pak Tikno berteriak lantang di tengah kerumunan siswa-siswa bringas hingga membuat mereka terperangah dan menghentikan aksi mereka.
                “Apakah kalian tidak sadar akan apa yang telah orang tua kalian berikan kepada kalian? Apa kalian tidak sadar siapa diri kalian ketika waktu kecil? Cita-cita apa yang kalian idamkan ketika kecil? Apakah hanya seperti ini sesuatu yang kalian inginkan? Apa jalan hidup seperti ini yang akan kalian tempuh kelak? Sadar,nak. Sadar..! Bapak dan ibu kalian susah payah membesarkan kalian. Tak seharusnya dan tak sepantansnya kalian membalas budi mereka dengan cara bodoh seperti ini,” Sontak suasana anarkis menjadi hening seketika, saat Pak Tikno berbicara dengan suara lantangnya. Semua siswa pun tertunduk dan merenungkan kata-kata Pak Tikno. Ajaibnya, mereka semua melepaskan senjata dari tangan mereka. Dua kubu siswa beringas itu saling menghampiri dan mereka saling meminta maaf, bahkan hingga ada yang berpelukan. Sungguh menakjubkan, seorang guru bernama Pak Tikno berhasil menghentikan aksi tawuran antar pelajar hanya dengan berbekal TOA.
                “Alhamdulillah, Ya Allah,” lafadz hamdalah langsung terucap dari lisannya. Guru-guru yang mengintai dari semak belukar pun menghampiri Pak Tikno. Mereka memuji aksi heroik Pak Tikno dan berteriak dengan serentak,
                “Pak Tikno is my herooo,” tetapi di tengah kegembiraan itu, seorang Pak Sugi mendekati Pak Tikno dan berkata
                “Bapak harus ke rumah sakit sekarang!” Pak Tikno pun heran dan bertanya,
                “Memangnya kenapa, Pak?
                “Pelipis Bapak berdarah,” kata Pak Sugi sambil menunjuk pelips Pak Tikno. Pak Tikno yang kebingungan meraba wajahnya dan melihat telapak tangannya. Dia pun melihat darah yang ada di tangannya. Kontan, Pak Tikno yang phobia akan darah pun jatuh pingsan. Akhirnya, ia dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Sejak kejadian itu, tawuran antar pelajar yang melibatkan sekolah tempat Pak Tikno mengajar tidak pernah ada lagi. Sekolah sangat berterima kasih pada aksi heroik Pak Tikno. Pihak sekolah akhirnya mengajukan Pak Tikno untuk segera diangkat menjadi PNS. Oleh, Dinas Pendidikan kecamatan, usulan tersebut akhirnya diterima dan Pak Tikno resmi menjadi PNS tanpa melalui serangkaian test. Kini, Pak Tikno hidup lebih sejahtera dan ia mampu membesarkan kedua anaknya hingga ‘kenyang’ menempuh pendidikan di bangku kuliah.



Tugas Civic

Apa yang saya pelajari minggu ini? Pengen tahu, nggak? Pasti kepo, eeeaaaa?

Indonesia
USA
UK
Rusia
Bentuk Negara
Kesatuan
Federasi
Federasi
Federasi
Bentuk Pemerintahan
Republik
Republik
Monarki
Republik
Sistem Pemerintahan
Presidensial
Presidensial
Parlementer
Semi-Presidensial







Monarki dibagi menjadi:              
-          Absolute ( dikuasai secara mutlak oleh raja)
-          Konstitusi (kekuasaan raja dibatasi oleh konstitusinya)
-          Parlementer (ketentuan-ketentuan dari kekuasaan raja disesuaikan oleh dewan/parlemen)
·         Sistem pemerintahan  dibagi menjadi
-          Presidensial                               
o   Eksekutif: Presiden, wakil presiden, dan kabinet (dipilih oleh rakyat)
o   Legislatif: DPR, MPR (dipilih oleh rakyat)
o   Kelebihan: Stabil
o   Kekurangan: Tumpang tindih tugas petinggi-petinggginya
-           Parlementer                             
o   Eksekutif: PM, Kabinet, (dipilih oleh parlemen)
o   Legislatif: Parlemen (dipilih oleh rakyat)
o   Kelebihan:  Jelas tugas petinggi-petingginya
o   Kekurangan: Labil
·         Semi-Presidensial dibagi menjadi
-          Kepala negara: Presiden (bertugas untuk mengatur hukum untuk hubungan internasional)
-          Kepala pemerintahan: Perdana Menteri (bertugas untuk mengatur hukum dalam negerinya)
·         Parlementer dibagi menjadi
-          Kepala negara: Raja/ratu
-          Kepala pemerintahan: Perdana menteri
·         Unsur-unsur suatu negara
-          Wilayah
-          Hukum
-          Pemimpin
-          Rakyat
-          Pengakuan dari negara lain


 Apa yang ingin saya ketahui? Saya kepo nihh
  • Bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan sistem pemerintahan di negara-negara lainnya
  • Eksistensi negara yang menganut monarki absolute di era modern ini
  • Faktor-faktor apa saja yang menentukan suatu negara dalam menetapkan bentuk negaranya, bentuk pemerintahannya, dan sistem pemerintahannya

Kamis, 03 Oktober 2013

Tugas Civic



Ini sungguh kejadian yang memalukan dan merupakan bukti bahwa korupsi sudah menjadi budaya dari negara kita. Padahal, korupsi merupakan tindakan yang menyimpang dari nilai-nilai pancasila, terutama sila kedua, yakni sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Jelas, korupsi adalah tindakan yang merugikan negara. Ketika uang atau aset-aset negara yang seharusnya dialokasikan untuk kepentingan rakyat, justru dikorupsi, itu akan membuat tujuan negara untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, tidak terpenuhi. Hasilnya, rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan akan semakin bertambah. Lebih parahnya lagi, banyak dari rakyat kita yang tak kuat mengahadapi beban kehidupan yang ada karena buruknya kondisi finansial mereka. Ketika rakyat  kita sudah banyak yang seperti itu, rakyat kita akan sulit berpikir secara sehat. Jangankan untuk berpikir secara sehat, untuk membuat dapur ngebul setiap harinya saja, mereka harus memutar otak 360 derajat. Bila sudah begitu, bagi mereka yang tidak kuat imannya dan tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya, mereka tak akan sungkan untuk berkata “Mau itu haram, mau itu halal. Bodo amat! Bukan urusan gua, yang penting gua bisa makan hari ini,” Selanjutnya, hawa nafsu rakyat kita yang kelaparan tersebut akan mendorong rakyat kita untuk berbuat kriminal sebagai jalan pintas demi sesuap nasi. Secara otomatis, negara kita akan terancam keamanannya. Tak hanya itu, beberapa dari rakyat kita yang sudah tidak mampu lagi menahan tekanan dan beban kehidupan yang ada, memilih untuk menyelesaikan masalah kemelaratan hidupnya hingga benar-benar selesai dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, yakni dengan cara bunuh diri.
Itulah sebuah siklus kehidupan bernegara yang carut marut yang hingga kini masih lestari akibat adanya budaya korupsi, di mana nilai-nilai kemanusiaan sudah tidak lagi diimani. Maka dari itu, perilaku korupsi menurut saya menyimpang dari sila kemanusiaan yang beradab. Bahkan , korupsi merupakan perbuatan yang mengimani sila  kemanusiaan yang adil dan biadab atau kemanusiaan yang adil dan berazab.

Minggu, 04 November 2012

Assalamu'alaikum,,,,ncang--ncing
nyak-babe
Jangan cicing
di depan ane